PEKANBARU — Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan arus digitalisasi yang semakin tak terbendung, dunia pendidikan dituntut untuk berbenah, bukan hanya dari sisi infrastruktur, tetapi juga dari sisi mentalitas para pelakunya.
Hal ini ditekankan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, H Erisman Yahya MH, saat membuka kegiatan Ngobrol Pintar: AI dan Pendidikan.
Dalam forum yang dihadiri oleh para guru, kepala sekolah, dan pegiat pendidikan itu, Erisman menegaskan bahwa transformasi digital bukan hanya perkara memasukkan perangkat teknologi ke dalam kelas.
Jauh lebih dalam, transformasi digital menuntut perubahan cara berpikir dan kesiapan mental dari para pendidik, peserta didik, dan semua unsur yang terlibat dalam ekosistem pendidikan.
“Kita tidak boleh gaptek terhadap teknologi. Kita harus ikut memajukan pendidikan melalui teknologi ini,” tegas Erisman, di hadapan para peserta di hotel Furaya Pekanbaru, Jumat (25/7/2025)
Ia menjelaskan bahwa saat ini digitalisasi sudah menyentuh banyak aspek operasional sekolah, mulai dari sistem absensi hingga metode pembelajaran.
“Sekarang sudah jarang ditemukan papan tulis yang pakai kapur. Absensi siswa pun sudah dilakukan secara digital. Semua ini menunjukkan bahwa teknologi sudah hadir di sekitar kita dan tinggal bagaimana kita menyikapinya,” jelasnya.
Namun, menurut Erisman, persoalan utama justru bukan terletak pada kurangnya sarana atau lambatnya distribusi teknologi. Tantangan terbesar ada pada sikap sebagian pelaku pendidikan yang masih menolak perubahan.
“Kadang sudah disiapkan sistem digital, tapi masih ada yang menolak. Tidak mau belajar, tidak mau beradaptasi. Ini pekerjaan rumah besar bagi kita semua,” ungkapnya.
Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk tidak hanya berfokus pada perangkat keras (hardware), tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan teknologi dengan bijak.
Menurutnya, transformasi digital sejatinya adalah perjalanan budaya baru dalam dunia pendidikan budaya yang mengedepankan inovasi, keterbukaan terhadap perubahan, dan semangat belajar sepanjang hayat.
Erisman juga mengingatkan bahwa teknologi bersifat netral. Jika digunakan dengan benar, ia dapat menjadi alat yang luar biasa untuk memajukan pendidikan. Namun jika salah arah, teknologi justru bisa membawa dampak negatif yang luas.
“Teknologi ini seperti dua mata pisau. Ia bisa memajukan pendidikan dan mempercepat kemajuan peradaban, tapi juga bisa meruntuhkan nilai-nilai jika tak dimanfaatkan dengan baik,” ujar Erisman.
Di tengah semangat membangun pendidikan berbasis digital, Erisman juga menekankan pentingnya digital literacy, yakni kemampuan memahami, menilai, dan memanfaatkan informasi digital secara kritis.
Literasi digital, kata dia, menjadi pondasi utama untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga bijak secara etika dan sosial dalam menggunakan teknologi.
“Anak-anak kita adalah generasi digital. Tapi jangan sampai mereka hanya menjadi pengguna, sementara para pendidiknya tertinggal jauh. Kita juga harus belajar, karena transformasi ini tidak bisa ditawar,” tambahnya.
Kegiatan ‘Ngobrol Pintar’ ini sendiri menjadi salah satu ruang diskusi yang mempertemukan praktisi pendidikan dengan para ahli teknologi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Forum ini bertujuan untuk menggali peran AI dalam mendukung proses belajar mengajar serta mengantisipasi tantangan etis dan sosial yang mungkin muncul.
Erisman berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti di diskusi, tapi menjadi pemicu perubahan nyata di lapangan. Ia mengajak para peserta untuk kembali ke sekolah masing-masing dan mulai membangun budaya digital yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
“Mari kita ubah cara pandang kita. Digitalisasi bukan ancaman, tapi peluang. Selama kita mau belajar dan terbuka terhadap perubahan, pendidikan Riau akan siap menyongsong masa depan,” tutupnya penuh optimisme.
Sumber : https://mediacenter.riau.go.id/